BENGKULU, – Kode Etik Jurnalistik (KEJ) yang biasanya hanya dibaca oleh kalangan wartawan atau jurnalis, sebaiknya diperkenalkan kepada masyarakat secara intensif dan meluas ditengah perkembangan konten media sosial dan media pers yang begitu marak di tengah masyarakat saat ini.
Demikian butir pemikiran Ketua Umum Serikat Media Siber Indonesia (SMSI) Firdaus yang disampaikan dalam acara pembukaan Uji Kompetensi Wartawan (UKW) mandiri yang diselenggarakan oleh Lembaga Uji UKW Fakultas Ilmu Komunikasi (FIKOM) Universitas Prof Dr Moestopo (Beragama) Jakarta di Gedung Serba Guna Pemerintah Provinsi Bengkulu di Kota Bengkulu, Sabtu (18/3/2023).
“ Tujuan memperkenalkan KEJ kepada masyarakat supaya masyarakat dapat membedakan informasi hasil kerja jurnalistik dan informasi media sosial yang kadang-kadang semua dianggap benar. Selain itu masyarakat supaya mampu mengontrol dan mengawasi cara kerja wartawan,” kata Firdaus di depan peserta UKW mulai jenjang wartawan muda sampai utama.
Pelaksanaan UKW mandiri angkatan 2 dan 3 di Bengkulu tersebut bekerja sama dengan SMSI Provinsi Bengkulu, diikuti oleh 86 wartawan yang sebagian besar bekerja pada perusahaan pers siber dan anggota SMSI.
Menurut Ketua SMSI Provinsi Bengkulu Wibowo Susilo, para peserta UKW ini hasil seleksi dari lembaga uji. Dari 125 calon peserta tersaring 86 peserta UKW. Mereka berasal dari 10 kabupaten dan kota di Indonesia.
“ Program ini merupakan program tahunan dalam rangka meningkatkan kualitas wartawan media siber. UKW ini juga diikuti wartawan dari berbagai media, tidak hanya dari media anggota SMSI, tapi juga dari berbagai asosiasi organisasi pers lainnya,” tandas Wibowo.
Kegiatan UKW di Bengkulu tersebut menghadirkan penguji-penguji yang handal dan mempunyai reputasi baik di bidang masing-masing. Mereka berasal dari kalangan akademisi yang berpengalaman sebagai wartawan baik media dalam negeri maupun luar negeri, serta penguji dari praktisi wartawan.
Mereka antara lain Mohammad Nasir (praktisi, wartawan Kompas 1989-2018), Ismet Rauf (praktisi, wartawan LKBN Antara (1967- 2002), Lestantya R Baskoro, (akademisi dan praktisi wartawan Tempo 2001- 2017), Wahyudi M. Pratopo, (akademisi yang pernah bekerja di media The Jakarta Post dan Asahi Shimbun), Retno Intani ZA, (akademisi dan praktisi), Firdaus (praktisi), Jon Heri (praktisi), dan Dwi Ajeng Widyarini,(akademisi). (ist/bs)