BANJARMASIN, – Kesadaran untuk mewujudkan Ekonomi Hijau, ternyata sudah diterapkan oleh Para Perajin dan Pengusaha Sasirangan di Kampung Sasirangan Jalan Seberang Mesjid dan Kampus STIEI Banjarmasin.
Salah satu contohnya adalah pelaku UMKM pemilik Lina Sasirangan Rusmalina, Pengrajin dan Pengusaha Sasirangan yang baru saja ikut serta dalam Banjarmasin Sasirangan Festival (BSF) ke 7 yang melakukan pewarnaan menggunakan warna-warna alami. Seperti Daun Mangga, Kayu Ulin, Kayu Tegeran, Daun Ketapang, Daun Indigo (sudah dibuat Pasta yang sudah jadi), hingga Kulit Rambutan, merupakan pewarna-pewarna alami yang sudah tidak asing lagi baginya.
” pewarna dengan menggunakan daun mangga, Kayu Ulin, serta Serbuk Ulin, limbahnya itu bisa dipergunakan untuk pewarna. Tidak lupa daun ketapang, serta kulit rambutan juga bisa.” ungkap Rusmalina.
Dari Dunia Kampus, perkembangan dari pelaksanaan Ekonomi Hijau untuk Semester Ganjil tahun ajaran 2022/2023 di STIE Indonesia Banjarmasin juga sudah terlaksana.
Ketua STIEI Banjarmasin Yanuar Bachtiar ,mendukung para mahasiswa agar mengenal dan memproduksi suatu barang agar tidak menggangu lingkungan, seperti yang dilakukan oleh pelaku UMKM seperti Rusmalina tersebut.
“ Mahasiswa yang magang di Kampung Sasirangan bisa mencontoh apa yang dilakukan oleh para pengerajin tersebut dengan masih mengedepankan tematik Ekonomi Hijau,” ungkap Yanuar.
Disebutkannya, bahan berbasis ramah lingkungan dari alam, yang pewarnanya adalah pewarna alami dan menghindari penggunaan pewarna dari zat kimia. Apalagi menyangkut dari pada buangan hasil pengolahan sasirangan. Limbahnya yang perlu sangat diperhatikan. Jangan sampai nanti, pada suatu saat Sungai Martapura tercemar.
Sehingga jauh-jauh hari harus diantisipasi dan mari bersama-sama untuk Pemda, para Pemerhati Lingkungan, Pengusaha Sasirangan, terlebih masyarakat untuk bisa saling bekerjasama agar lingkungan bisa terjaga, tapi juga dari perspektif ekonomi juga tidak ditinggalkan. (bs)