MARTAPURA,- Pelaksanaan haul ke 28 Habib Ali bin Hasan Al Habsyie berlangsung khidmat dan dihadiri Wakil Bupati Banjar Habib Idrus Al Habsyie ,kepala SKPD , para habaib ,tokoh ulama dan ribuan jemaah .
Haul berlangsung di rumah kediaman Jalan Ahmad Yani ,Kelurahan Jawa Martapura ,Sabtu 2/09/2023 malam.
Pelaksanaan haul diawali dengan pembacaan Maulid Simtud Durar dilanjutkan dengan lantunan ayat suci Al Qur’an ,zikir ,tahlil dan diakhiri dengan doa.
Habib Umar Al Habsyie selaku perwakilan keluarga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah turut serta membantu pelaksanaan haul sehingga bisa berjalan sukses dan lancar . Juga tidak lupa kepada undangan serta jemaah yang telah berkenan hadir dan meluangkan waktunya untuk dapat mengikuti pelaksanaan haul ke 28 Habib Ali bin Hasan Al Habsyie .
Dalam tausiahnya Habib Hasan bin Thahir Alaydrus dari Tarim Hadramaut mengemukakan tentang amalan zikir yang dilakukan ulama Salafus Saleh . Ia mengajak para hadirin yang hadir untuk senantiasa melazimkan zikir setiap hari minimal 320 kali.
” Orang yang mengamalkan zikir setiap hari minimal 320 kali akan digolongkan Allah sebagai ahli zikir. Bahkan ulama besar setiap hari nya bisa mengamalkan zikir 12 ribu hingga 120 ribu kali , ini merupakan amalan yang besar yang bisa mendekatkan seseorang kepada Allah taala ,” ungkapnya .
Habib Ali bin Hasan Al Habsyie lanjutnya adalah seorang ahli zikir . Sebab amalannya tersebut beliau bisa dekat dengan Allah SWT dan Rasulullah SAW . Haul ini menurutnya juga salah satu cara kirim doa dan balas jasa anak anak beliau untuk mengenang dan meneladani perilaku Habib Ali bin Hasan Al Habsyie .
Dalam pembacaan manaqib yang dibacakan oleh Habib Abdullah bin Hamid Al Habsyie , diceritakan bahwa Habib Ali lahir di Hadramaut tahun 1894. Semenjak kecil sudah dibekali dengan ilmu ilmu agama dan pernah belajar di Rubath Tarim asuhan Habib Abdullah bin Umar Assyatiri
Habib Ali juga merupakan sepupu dari Habib Zein Al Habsyie yang merupakan ayah angkat guru sekumpul . Di Martapura sebagai ulama sepuh kala itu Habib Ali mendukung dan selalu menghadiri majelis guru Zaini baik di Keraton maupun Sekumpul serta majelis ulama ulama besar Martapura lainnya.
” Ada cerita menarik tatkala Habib Ali wafat pada tahun 1996 sudah tersedia perlengkapan pakaian dan peralatan untuk dimandikan dan dikuburkan . Habib Ali tidak mau merepotkan anak dan cucunya . Bahkan beliau berwasiat sebelum di semayamkan di liang lahat sudah harus dibayarkan untuk upah para penggali kubur sehingga tidak dianggap sebagai hutang nantinya ,” tutupnya.(fad/ppn)