Home / Berita

Kamis, 31 Agustus 2023 - 04:28 WIB

Tradisi Budaya Alat Musik Tradisional Kintung

MARTAPURA,- Ada pemandangan yang cukup menarik tersaji dalam peringatan puncak Hari Jadi ke 73 Kabupaten Banjar, yang berlangsung di Alun Alun Ratu Zalecha Martapura, Rabu (30/8/2023) siang. Yakni adanya pertunjukkan alat musik tradisional “Kintung” yang di mainkan Grup Kintung asal Desa Bincau Muara, Kecamatan Martapura, dan Desa Kelampaian Ilir Kecamatan Astambul, Kabupaten Banjar.

Grup musik kintung tersebut cukup menarik perhatian, sehingga banyak yang mengabadikan video dan fotonya. Gusti Jadri (64) Ketua Pengurus Grup Kintung “Bina Bersama” Bincau Muara menuturkan, grup musiknya tersebut berdiri sekitar tahun 2.000 an, dan masih eksis hingga sekarang meskipun jarang ditampilkan kecuali pada even-even tertentu.

Dijelaskannya, alat musik tradisional tersebut biasanya dimainkan pada saat selesai musim tanam atau musim kemarau yang dipercaya sebagian orang bisa mendatangkan turunnya hujan.

Baca Juga :  Penurunan Stunting Kabupaten Banjar Tertinggi di Kalimantan Selatan Sebesar 14,3 Persen

“ Dulukan tidak ada irigasi yang mengairi pertanian, jadi seperti minta hujan baik setelah musim tanam atau kemarau. Biasa di mainkan ditengah sawah pada malam hari,” ucapnya.

Kintung terbuat dari pohon bambu tebal (haur atau batung) yang dibuat sedemikian rupa, dari ukuran terkecil sampai ukuran besar, yang menimbulkan bunyi bervariasi layaknya not angka. Kintung bisa dimainkan sebanyak 7 orang dan minimal 5 orang.

“ Kintung ini bisa dimainkan dengan tempu mahu lambat atau mahu cepat. Mahu cepat biasanya yang sering dilombakan,” cerita Gusti.

Gusti mengaku senang bisa melestarikan budaya kintung yang menurut sepengetahuannya hanya ada di Bincau Muara dan Kelampaian Ilir Kecamatan Astambul. Saat ini ia mulai mengembangkan dan mewariskan permainan alat musik tersebut kepada generasi muda yang ada di desa, dengan alasan agar tetap lestari.

Baca Juga :  Maknai Kemerdakaan Dengan Berjuang Bersama Mengisi Pembangunan Dengan Hal Positif

“ Agar tetap ada dan lestari, jika kami sudah tidak ada lagi, anak muda bisa menggantikannya atau melakukan inovasi dengan suara atau nada yang lebih baik lagi,” tuturnya.

Salah satu personel Akhmad Raihan (14) yang masih duduk di kelas 8 Pesantren Iqdam Ulum Desa Tunggul Irang mengatakan, tertarik bermain kintung lantaran cukup asik. Ia mengaku baru beberapa bulan terakhir mempelajarinya bersama sang kakek.

“ Tertarik karena rami (Red-ramai) saya belajar sama kakek,” tutupnya.(bgz/ppn)

Share :

Baca Juga

Berita

Warga Uniska MAAB Banjarmasin Gelar Program Konversi 800 Ribu/Hari Selama Ramadhan

Berita

Haul ke 217 Datu Kelampayan,Didukung  Kurang Lebih 1000 Relawan

Berita

Wakapolri Tinjau Bakti Kesehatan Polri Presisi Untuk Negeri di ULM Banjarmasin

Berita

Peringati HPSN 2025, TPS 3R Kayuh Baimbai Indrasari Terima Mesin Gibrig

Berita

Saran Kanda Kesepuluh Sasar Desa Mandikapau Barat

Berita

29 Pelanggan Teladan Beruntung Dapat Hadiah PAM BANDARMASIH

Berita

BPS Kabupaten Banjar Canangkan Zona Integritas Menuju WBK WBBM

Berita

Banjar Kirimkan Enam Pelajar Terbaik Untuk Lomba Gelar Iman Dan Takwa se-Kalsel